Masyarakat Sastra dalam Sosial.

            Ketika membaca judul seminar kali ini “Penguatan Integrasi Bangsa Lewat Penggugahan Semangat Nasionalisme Melalui Penghayatan Karya Sastra Indonesia Modern”, terlintas dipikiran saya, “sebagai masyarakat sastra apa yang bisa saya berikan untuk bangsa ini?”. Jika melihat kebelakang atas apa yang terjadi dengan negeri ini ini, sepertinya sangat sulit untuk mencintai negeri ini. Kemiskinan, kebodohan, kemacetan, kesembrautan ibukota, kecelakaan angkutan umum, pelanggaran HAM, kekerasan, amuk massa, mafia hukum, situasi politik yang tidak menentu, tingkat korupsi yang masih tinggi sudah  dapat menjelaskan susahnya mencintai negeri yang bobrok ini. Sifat pesimis terhadap elemen-elemen bangsa membuat masyarakat menjadi krisis mental dan sosial. Saya pernah membaca status Facabook seorang teman yg mengatakan bahwa dia sangat menyukai bahasa Perancis dan berniat untuk tinggal disana daripada tinggal di Indonesia yang kacau balau ini. Itu hanya seorang mahasiswa, bagaimana dengan orang kebanyakan di Indonesia?, amuk menjadi pilihan mereka untuk menyelesaikan masalah. Sungguh pesimis orang-orang yang tinggal dinegeri ini.
Akan tetapi, benarkah tindakan kita kabur dengan masa bodoh melihat situasi-situasi dan permasalahan negeri ini? jika ya, sangat disayangkan. Banyak orang bilang masa depan negara ada ditangan para intelektual muda tetapi, apa yang terjadi jika para inteleknya sendiri tidak mencintai bangsanya?
Krisis sosial telah terjadi di Indonesia. Mengingat statement seorang ahli penyakit kanker. Dokter lee dari Jakarta mengatakan bahwa ada tiga hal yang harus sehat dalam jiwa masing-masing manusia yang pertama, kesehatan fisik, kesehatan mental dan kesehatan sosial. Makna seminar kali ini saya kelompokkan kedalam kesehatan sosaial. Dimana bangsa Indonesia sedang mengalami krisis sosial, sikap pesimis, skeptis terhadap bangsa menjadi sifat masyarakat. Indonesia yang katanya dulu ramah-tamah sudah sulit ditemukan. Selain itu, Munculnya Kahlil Gibraners seperti Mario Teguh menandakan bahwa masyarakat Indonesia sedang mengalami krisis motivasi. Kenapa bisa terjadi? Karena masyarakat perlu pembenahan mental dan karakter Karena masyarakat sedang kehilangan figure yang dapat dibanggakan, diteladani dan yang dapat menasehati. Ahirnya mencari kelebihan dalam diri sendiri karena ketidakpercayaan terhadap orang lain. Akibatnya muncul individu-individu yang bersifat individualis.
Jadi, sebagai warga sastra apa yang dapat kita berikan kepada bangsa?
Menurut saya, Sebagai seorang sastrawan kita mempunyai bahasa dan pena. Seperti yang dikatakan oleh Pak Miftahul Falah dalam makalahnya ‘Nasionalisme dalam pemberitaan pers lokal di Tasikmalaya, 1900-1942’ bahwa pers memiliki peranan cukup penting dalam menyebarluaskan gagasan nasionalisme. Artinya, sebagai warga sastra yang mempunyai kekuatan bahasa dan tulis menulis sudah seharusnya tugas kita untuk meredam krisis social dan membangun rasa nasionalisme. Sastrawan berbeda dengan ilmu-ilmu social lainnya yang sama-sama membahas masalah social. Karena sastrawan sejati punya pemikiran sendiri yaitu tidak pernah menghakimi ataupun menghujat. Contohnya Goenawan Mohammad, Remy Sylado dll. Mereka mempunyai sudut pandang sendiri dalam memandang suatu kejadian. Sperti yang dikatakan oleh Pak Kusman Mahmud dalam makalahnya ‘Penguatan Integrasi Bangsa Lewat Penggugahan Semangat Nasionalisme Melalui Penghayatan Karya Sastra Indonesia Modern’ menyebutkan bahwa sastra sebagai bagian seni yang pada hakikatnya satu entitas lembut adalah pilihan yang dapat dijadikan penguat integrasi bangsa. Pak Fadly juga dalam makalahnya disebutkan bahwa hanya pendidikan yang bisa mengadapkan para amok. Oleh karena itu mari kita didik para amok dengan karya-karya sastra.


Comments

Popular Posts