AYAH yang MENGINSPIRASI


               Mungkin teman-teman sering mendengar kata ”apa saya yang sekarang adalah cerminan saya dulu”. Memang benar yang dulu menunjukkan apa kita sekrang, Tetapi menurut saya, kata-kata itu tidak sepenuhnya benar,  karena ada banyak hal kejadian atau peristiwa dalam perjalanan hidup kita yang boleh mengubah hidup kita menjadi baik bahkan menjadi buruk. Seperti contoh, ada banyak mahasiswa berhenti kuliah karena salah pergaulan. Banyak mahasiswa yang awalnya biasa-biasa saja menjadi sagat-sangat berprestasi mungkin karena kondisi ekonomi keluarga yang minim memicu dia untuk bersemangat untuk kuliah, kehilangan salah satu anggota keluarga atau orang tua. Tetapi banyak juga, menjadi sukses bukan karena tertimpa masalah berat kemudian bangkit kembali. Tetapi kepekaan kita melihat orang-orang-orang disekitar kita bahwa banyak orang-orang yang tidak seberuntung kita, banyak lagi orang-orang Indonesia yang bersusah-payah untuk bisa berkuliah. Jiwa-jiwa seperti ini yang jarang sekali dimiliki oleh setiap kita. Kita kerap sekali menyia-yiakan waktu yang ada. Oleh karena itu kita sangat memerlukan seorang motivator yang akan selalu menyemangati, menopang dan membimbing kita dalam suka maupun duka.
            Benar apa yang Bapak Mulyadi katakan minggu lalu, bahwa idola itu tidak selalu orang-orang besar. Tetapi sebenarya idola itu harus ada didekat kita yang setiap kesempatan boleh kita lihat dan kita tanya langsung jika kita mempunyai masalah. Jadi motivator itu bisa dari keluarga, sahabat bahkan pacar. Jadi carilah pacar yang bisa mengispirasimu.
            Begitu juga dengan saya, Didalam hidup saya ada sesosok yang sangat berpengaruh, yaitu ayah saya. Mungkin ayah saya tidak sehebat atau sebesar ayah teman-teman tetapi ada banyak nilai-nilai positif dan kedekatan emosional yang ada pada ayah membuat saya tidak salah memilih. Alasan saya memilih ayah saya sebagai seorang motivator saya sangat simpel. Walaupun diluar rumah Beliau seorang aktivis dan sangat dituakan, tetapi bagi kami sekeluarga Beliau hanya dia seorang tukang cerita. Kebiasaan inilah yang menjadi kekuatan kami anak-anaknya.
            Ayah saya mempunyai kebiasaan bercerita tentang orang-orang besar atau sukses dengan gayanya yang berapi-api. Dengan cerita-cerita itulah ayah saya memasukkan doktrinya dan harapan-harapannya kepada kami anak-anaknya. Sehingga yang ada dikepala saya dan abang-abang saya adalah bagaimana caranya supaya menjadi sukses-sukses dan sukses. Sekarang pada saat saya berkuliahpun, yang saya ingat adalah bagaimana cara ayah saya bercerita sekaligus memotivasi kami untuk rajin belajar.
            Saat ini mungkin saya bolom ada apa-apanya tetapi saya berharap suatu saat nanti cita-cita saya akan terkabul. Cita-cita saya yang pertama adalah membawa orangtua saya berlibur keluar negeri seperti ke Itali. Oleh karena itu dari sekarang saya harus merintis jalan menuju kesuksesan. Minimal nanti saya menjadi pejabat negara. Amin

Comments

Popular Posts