Penanggalan Simalugun

(hanya berbagi info)





Menurut catatan Cina, Persia dan Portugis bahwa kerajaan Nagur[1] sudah mempunyai kebudayaan yang tinggi, dimana Raja Nagur dalam berkumunikasi dengan Kaisar Tiongkok dengan mempergunakan “Surat Batak Simalungun” (Surat Na Sapuluh Siah) dan Orang Simalungun sudah mempunyai nama hari sebanyak sebanyak 30, yaitu:
1.    Ditia
2.    Suma
3.    Anggara
4.    Mudaha
5.    Boras pati
6.    Sihora
7.    Samisara
8.    Tuan nayok
9.    Suma ni Siah
10. Anggara Sapuluh
11. Mudaha ni mangadip
12. Boras pati ni takkop
13. Sihora Purasa
14. Samisara purasa
15. Tula
16. Suma ni holom
17. Anggara ni holom
18. Mudaha ni holom
19. Boras pati ni holom
20. Sihora duapuluh
21. Samisara bona turun’
22. Tuan nangga
23. Suma ni matey
24. Anggara ni matey
25. Mudaha nig ok
26. Boras pati nigok
27. Sibora duduk
28. Samisara marhurung
29. Hurung
30. Likkar
Berikut nama 12 bulannya:
1.    Sipaha sada
2.    Sipaha dua
3.    Sipaha tolu
4.    Sipaha opat
5.    Sipaha lima
6.    Sipaha onom
7.    Sipaha pitu
8.    Sipaha ualuh
9.    Sipaha siah
10. Sipaha sapuluh
11. Luyu tanggtang
12. Luyu bolon

Lucu juga ya kalo dalam satu bulan kita punya nama harinya masing-masing, pasti ribet tapi rame, karena harus ngapalinnya pas TK. Ternyata ilmu perbintangan Simalungun ada juga ya. kirain Sunda doank yang ada dengan sebutan candrasangkala. hmmm...  Dengan adanya nama-nama hari dan bulan ini berarti masyarakatnya dekat dengan alam. kalo kata  Nina Lubis dalam bukunya Historiografi Indonesia bahwa pada zaman dahulu masyarakat menetapkan nama hari-hari berdasarkan upacara suci atau kejadian yang suci yg berkaitan dgn alam, kemudian dijadikan menjadi nama-nama hari.

Sumber: Kenan Purba dan J.D Purba dalam “Sejarah Simalugun” tahun 1995


[1] Kerajaan Nagur (± abad VIII-XV). Marco Polo (Pengembara dari Venetia ke Tiongkok tahun 1260-1269) menyebut Nagur sebagai “Nagore” atau “Nakur”. Buzuruq Bin Syahriar (Persia) akhir abad ke X Masehi sudah mencatat ada negeri “Nakus” disini. Ferdinand Mendez Pinto (Portugis) pada tahun 1539 menulis Bandar (ibukota) Nagur dengan sebutan “Soro Tilau” (Dolok Silau). Penulis Cina dalam buku Mengenal Kepribadian Asli Rakyat Simalungun (hal: 16-25) menyebut Nagur dengan sebutan “Nakuerh”. (Purba, 1980: 6)

Comments

Popular Posts