MENGAPA
Mengapa kita jarang menggunakan kata “mengapa”?
Seperti anak kecil yang gemar bertannya. Apa yang ada dihadapannya
pasti ditanyakan. Rasa penasaran yang tinggi membuatnya
menjadi lebih bijak. Proses berpikir telah terjadi disana kemudian dilanjutkan dengan
mencari tahu. Misalnya, anak kecil melihat sebuah lilin menyala dan muncul rasa
penasaran kemudian mendekatinya. Anak kecil akan mulai untuk berpikir dan memahami.
Anak kecil tidak akan mengetahui bahwa api itu panas jika tidak menyentuhnya. Dari
proses melihat muncul rasa penasaran, kemudian bergerak mencari tahu. Anak
kecil selalu merasa nol ataupun kosong. Mereka masih bersih seperti kertas
kosong, mereka mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Oleh karena itu, mereka
selalu bertanya dan terus bertanya.
Sifat
kekosongan inilah yang harus dimiliki setiap hari. Tidak bosan dan malu untuk bertannya,
kemudian bergerak mencari tahu. Menurut survei, Belanda termasuk negara terbahagia
di dunia. Prestasi mereka antara lain, urutan 10 negara paling kompetitif, urutan
8 negara paling inovatif dan urutan 10 negara terbaik di dunia (Dutch Daily News, 2011). Belanda juga termasuk
sepuluh negara berpendidikan terbaik di dunia. Tata ruang kota menyatu dengan
masyarakatnya dan hak-hak azasi manusia merupakan hal yang penting. Pertanyaan
yang muncul adalah mengapa mereka dapat mencapai tahap tersebut? di lain pihak
masih ada negara yang sibuk mengatasi korupsi, stabilitas perekonomian, hukum
dan lain sebagainya.
Kegemaran
masyarakat Belanda adalah bertannya, baik bertanya kepada diri sendiri maupun
kepada orang lain. Kegemaran inilah yang nantinya dapat memunculkan ide-ide
baru. Masih jelas diingatan kita, terjadi pelegalan pernikahan pasangan gay di “Negeri Orange” tersebut. Artinya,
mereka dapat memiliki pandangan tersebut karena mereka bertannya dan kemudian
bergerak mencari tahu. Mereaka memahami bahwa pasangan gay adalah
manusia dan mempunyai hak azasi juga. Pandangan yang timbul tersebut akhirnya
dapat diterima oleh masyarakat Belanda.
Orang-orang
besar ada karena mereka bertanya. Hal ini dimulai dari sebuah pertanyaan,
seperti Rene Descrates menuturkan “Aku berpikir, maka aku ada”.
Sumber:
Comments
Post a Comment